SILAHKAN "KLIK" DAN KUNJUNGI MENU DIATAS

Senin, 09 November 2009

Apa itu jangkrik (gryllus testaceus)?

Tidak ada yang tidak kenal dengan mahluk yang satu ini, Jangkrik khususnya jangkrik kalung yang memiliki nama latin (gryllus testaceus), yang memiliki kandungan protein yang tinggi dibandingkan dengan ayam ataupun sapi. Dalam 100 gram jangkrik terdapat 77 persen protein. Melihat hal ini akhirnya jangkrik diolah menjadi makanan dalam berbagai variasi seperti keripik, abon, biskuit dan rendang. Waw..!!!




Disini saya tidak membahas jangkrik sebagai makanan manusia, (terlalu jauh, ilmu saya belum sampai kesana), saya akan mencoba membahas jangkrik sebagai pakan ternak khususnya burung berkicau dan ikan hias jenis arwana..

Awal ketertarikan saya untuk menggeluti usaha budidaya jangkrik kalung (gryllus testaceus), dimulai dengan ketertarikan saya pada burung, waktu itu saya membeli seekor burung jenis toet/ cendet/ pentet (Lanius Schach), dikarenakan memeliharanya dari trotol (piyikan) saya memberikan konsumsi burung saya dengan voor makanan burung, namun yang namanya juga hewan alam, terkadang saya kasian melihat burung kesayangan saya tersebut makan makanan buatan manusia (voor). Dalam istilah kicau mania, agar burung kicauannya tampil bagus baik itu untuk ajang kontes ataupun hanya sekedar menikmati suaranya saja maka burung kicauan tersebut harus di beri extra fooding (EF) berupa Ulat Hongkong (UH), Ulat Bambu dan ulat jerman, namun EF yang paling favorit bagi kicau mania adalah jangkrik kalung.

Pemberian jangkrik untuk burung cendet saya, pagi 5 – 8 ekor, malam 4 ekor. Sehari saya bisa menghabiskan kurang lebih 10 – 12 ekor untuk satu ekor burung (sedikit memang), itu kalau kita memelihara burung hanya satu ekor, bayangkan kalau kita memelihara 5 – 10 ekor burung dirumah karena rata rata para penggemar burung atau yang bisaa disebut para kicaumania memiliki paling sedikit 5 ekor burung. Maka jangkrik yang kita butuhkan setiap harinya kurang lebih 100 ekor. waw.. banyak juga ya!!

Sekarang saya memiliki 2 ekor burung, cendet dan murai batu…waduh bertambah lagi nih konsumsi jangkrik untuk burung piaraan saya!! Memang jangkrik mudah didapatkan terutama dipedagang pedagang burung dan pasar burung, akan tetapi terkadang kalau jangkrik lagi kosong, susahnya minta ampun untuk membelinya walaupun ada harganya pasti lebih mahal.. yang tadinya 20 ekor dihargai Rp. 1000,- bisamenjadi Rp. 2500,- bayangkan kalau kita butuhnya ½ atau 1 kg seharinya…wew lumayan juga tuh biaya yang kita keluarkan…

Untuk para kicaumania biaya perawatan yang dikeluarkan memang bukan kendala asalkan bisa menikmati kicauan burung kesayangan, apalagi kalau burung kicauan itu bisa menjadi jawara di ajang kontes burung berkicau.

Dari uraian singkat diatas, akhirnya saya tergugah dan berfikir bagaimana kalau jangkrik tersebut saya piara dan ternakan? Karena kalau jangkrik lagi sulit tentulah mahal harganya apalagi buat kita yang uang saku belanja pas pasan, bisa bisa diomelin istri kalau membeli jangkrik pakai uang untuk membeli sabun cuci dan gula pasir…ha..ha…
Memang tidak seberapa kocek yang kita keluarkan untuk membeli jangkrik tapi kalau dikalikan dengan 1 minggu, sebulan, setahun kan lumayan juga tuh…
Akhirnya saya mencoba untuk membudidayakan jangkrik kalung sebagai pakan burung kicauan saya. Dimulai dari browsing internet, cari cari info di om google, melihat dan belajar dari peternak langsung akhirnya saya mencoba membuat box jangkrik untuk budidaya…

Semoga dengan budidaya ini yang dimulai hanya untuk pakan burung cendet dan murai batu saya dirumah (rencana sih mau tambah koleksi lagi burung Anis (punglor merah), kenari, kacer dan burung jenis kontes lainnya) bisa merambah dan meluas menjadi budidaya jangkrik dengan sekala besar yang dipasok ke pedagang dan pasar burung. (Andri Asmari)***

| KEMBALI KE MENU JANGKRIK PAKAN |

1 komentar:

  1. Mau nanya nech, jangkrik harus diberi pakan apa agar nilai proteinya tinggi untuk pakan burung kicau thanks. .

    BalasHapus

KOMENTAR ANDA, MERUPAKAN ILMU TAMBAHAN BAGI SAYA!